WASPADA! BMKG: Cuaca Ekstrem Agustus Ancam Petani, Wisatawan & Maskapai - Kerugian Mencapai Triliunan
Kabarsuarakyat - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang akan melanda berbagai wilayah Indonesia sepanjang Agustus 2025. Fenomena alam ini diprediksikan akan memberikan dampak serius bagi sektor pertanian, pariwisata, hingga industri penerbangan dengan estimasi kerugian yang bisa mencapai triliunan rupiah.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam konferensi pers di Kantor Pusat BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (13/8), menyampaikan bahwa anomali cuaca yang terjadi saat ini dipicu oleh kombinasi faktor La Nina lemah dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif yang sedang berkembang di wilayah Samudra Hindia.
"Kondisi atmosfer saat ini menunjukkan pola yang tidak biasa. Kami mencatat adanya peningkatan aktivitas konvektif di beberapa wilayah yang berpotensi memicu cuaca ekstrem dalam bentuk hujan lebat, angin kencang, hingga gelombang tinggi," ungkap Guswanto.
Sektor Pertanian Terancam Kerugian Masif
Peringatan BMKG ini datang di tengah musim kemarau yang seharusnya menjadi periode panen raya bagi para petani di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Asosiasi Petani Indonesia (API) memperkirakan kerugian bisa mencapai Rp 15 trilun jika cuaca ekstrem benar-benar terjadi dalam skala masif.
Ketua Umum API, Raden Suharto, mengatakan bahwa ribuan hektare sawah siap panen di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat kini terancam gagal panen akibat prediksi hujan lebat dan angin kencang yang bisa merusak tanaman padi yang sudah menguning.
"Ini bukan main-main. Petani sudah mengeluarkan modal puluhan juta per hektare selama 4 bulan terakhir. Kalau panen gagal, bukan hanya petani yang rugi, tapi stok beras nasional juga bisa terganggu," tegas Suharto.
Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa sekitar 2,3 juta hektare sawah di seluruh Indonesia sedang dalam fase menjelang panen. Jika 30 persen saja yang terdampak cuaca ekstrem, potensi kerugian bisa mencapai Rp 8,7 trilun.
Sementara itu, komoditas hortikultura seperti cabai, tomat, dan bawang merah yang sedang dalam masa tanam juga diprediksi akan terkena imbasnya. Hal ini berpotensi memicu lonjakan harga kebutuhan pokok di pasaran.
Industri Pariwisata Mulai Khawatir
Bulan Agustus yang identik dengan musim liburan sekolah dan libur panjang kemerdekaan kini menjadi momok bagi pelaku industri pariwisata. Asosiasi Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat bahwa tingkat okupansi hotel di destinasi wisata populer seperti Bali, Lombok, Yogyakarta, dan Bandung sudah mencapai 85 persen untuk periode pertengahan hingga akhir Agustus.
Ketua PHRI Pusat, Maulana Yusran, mengungkapkan kekhawatirannya terkait potensi pembatalan massal jika cuaca ekstrem benar-benar terjadi.
"Kami sudah koordinasi dengan BMKG untuk mendapat update real time. Yang kami khawatirkan adalah efek domino dari pembatalan. Ini bukan hanya soal hotel, tapi seluruh rantai bisnis pariwisata mulai dari guide, sopir, pedagang souvenir, hingga warung makan," jelas Yusran.
Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional mencapai 4,8 persen atau setara Rp 280 trilun per tahun. Jika terjadi gangguan signifikan selama peak season Agustus, kerugian bisa mencapai Rp 25 trilun.
Destinasi wisata pantai seperti Bali, Lombok, dan Kepulauan Seribu menjadi yang paling rentan mengingat peringatan BMKG terkait gelombang tinggi hingga 4 meter di perairan selatan Jawa dan Bali.
Maskapai Penerbangan Siaga Satu
Industri penerbangan Indonesia kini memasuki mode siaga satu menghadapi prediksi cuaca ekstrem. Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (APNI) melaporkan bahwa pada Agustus 2025, trafik penerbangan domestik meningkat 150 persen dibanding bulan biasa.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menjelaskan bahwa pihaknya sudah menyiapkan berbagai skenario contingency plan untuk mengantisipasi gangguan operasional.
"Kami sudah koordinasi intensif dengan AirNav Indonesia dan otoritas bandara. Tim meteorologi kami juga standby 24 jam untuk monitoring kondisi cuaca di seluruh rute penerbangan," kata Irfan.
Lion Air Group yang menguasai 50 persen pangsa pasar domestik juga mengaku sudah menyiapkan aircraft cadangan dan memperpanjang jam operasional ground handling untuk mengantisipasi delay dan diversion.
"Pengalaman menghadapi cuaca buruk tahun-tahun sebelumnya mengajarkan kami untuk selalu siap dengan plan B, C, bahkan D. Yang penting keselamatan penumpang nomor satu," ungkap Corporate Communications Director Lion Air, Danang Mandala Prihantoro.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, memastikan bahwa seluruh bandara sudah dalam status siaga dan dilengkapi peralatan weather monitoring terkini.
Antisipasi Pemerintah dan Stakeholder
Menghadapi ancaman cuaca ekstrem ini, berbagai kementerian dan lembaga terkait sudah mulai berkoordinasi menyiapkan langkah antisipasi. Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sudah menginstruksikan seluruh Dinas Pertanian daerah untuk menyiapkan pompa air dan alat pengering portabel.
"Kami juga sudah siapkan benih cadangan dan pupuk untuk replanting jika memang terjadi gagal panen dalam skala besar," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga sudah mengaktifkan posko siaga di 15 provinsi yang diprediksi akan terdampak cuaca ekstrem. Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, memastikan bahwa logistik bantuan dan tim SAR sudah disiapkan.
Sementara itu, PLN sudah menyiapkan genset mobile dan extra fogging untuk mengantisipasi gangguan pasokan listrik akibat pohon tumbang dan sambaran petir.
Himbauan dan Tips Menghadapi Cuaca Ekstrem
BMKG menghimbau seluruh masyarakat, terutama yang berencana bepergian selama Agustus, untuk selalu memantau perkembangan cuaca melalui aplikasi Info BMKG atau website resmi bmkg.go.id.
"Jangan abaikan warning yang kami keluarkan. Cuaca ekstrem bisa berubah dalam hitungan jam, jadi selalu update informasi terkini," tegas Guswanto.
Untuk para petani, BMKG menyarankan untuk mempercepat panen jika tanaman sudah 90 persen matang dan menyiapkan terpal atau gudang penyimpanan yang aman.
Bagi wisatawan, disarankan untuk memiliki travel insurance dan selalu koordinasi dengan hotel atau tour operator terkait kemungkinan perubahan itinerary.
Sedangkan untuk penumpang pesawat, diimbau untuk datang lebih awal ke bandara mengingat kemungkinan delay yang tinggi dan selalu cek status penerbangan melalui aplikasi maskapai.
Outlook Jangka Menengah
Melihat pola cuaca global saat ini, BMKG memperkirakan kondisi tidak stabil ini akan berlangsung hingga pertengahan September 2025. Namun, intensitas cuaca ekstrem diprediksi akan mencapai puncaknya pada minggu ketiga dan keempat Agustus.
"Kami berharap dengan early warning ini, seluruh stakeholder bisa melakukan mitigasi yang tepat sehingga dampak negatifnya bisa diminimalkan," pungkas Guswanto.
Cuaca ekstrem memang fenomena alam yang tidak bisa dihindari, namun dengan persiapan yang matang dan koordinasi yang baik antar semua pihak, Indonesia diharapkan bisa melewati periode kritis ini dengan kerugian minimal
