Tragedi Pesawat Latih Jatuh di Ciampea Bogor: Marsma TNI Fajar Adriyanto Gugur Saat Jalani Latihan Terbang
Kabarsuarakyat - Suasana duka menyelimuti langit Ciampea, Kabupaten Bogor, setelah sebuah pesawat latih microlight Quicksilver jatuh saat sedang menjalani sesi latihan terbang. Kejadian tragis ini merenggut nyawa Marsekal Muda (Marsma) TNI Fajar Adriyanto, seorang perwira tinggi Angkatan Udara yang dikenal sebagai sosok berpengalaman di dunia penerbangan militer. Insiden ini terjadi pada pagi yang cerah, tapi berakhir dengan pilu bagi keluarga, rekan sesama pilot, dan masyarakat sekitar.
Menurut keterangan awal dari saksi mata di lokasi, pesawat yang sedang dikemudikan oleh Marsma Fajar Adriyanto tiba-tiba kehilangan keseimbangan di ketinggian rendah. "Saya lihat pesawat itu seperti oleng, kemudian menukik tajam ke arah sawah," ujar seorang petani setempat yang sedang bekerja di ladang. Suara dentuman keras menyusul, disertai asap hitam yang membubung ke udara. Tim penyelamat dari TNI AU segera dikerahkan, tapi sayangnya, Marsma Fajar Adriyanto dinyatakan gugur di tempat kejadian.
Marsma Fajar Adriyanto bukan nama asing di kalangan penerbangan Indonesia. Lahir dan besar di lingkungan militer, ia telah mengabdikan diri selama lebih dari 25 tahun di TNI AU. Kariernya penuh prestasi, mulai dari misi operasional hingga pelatihan pilot muda. Kali ini, ia sedang mengikuti latihan rutin di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan penerbangan sipil-militer. Pesawat microlight Quicksilver yang digunakan dikenal sebagai alat latih ringan, tapi ringkih jika menghadapi kondisi tak terduga seperti angin kencang atau gangguan teknis.
Apa yang sebenarnya menyebabkan kecelakaan ini? Para ahli penerbangan menduga ada faktor cuaca atau masalah mekanis pada pesawat. "Microlight seperti ini sangat sensitif terhadap hembusan angin, apalagi di daerah pegunungan seperti Bogor yang cuacanya bisa berubah cepat," kata seorang analis aviasi independen. Tim investigasi dari TNI AU dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah turun tangan untuk mengumpulkan puing-puing dan data black box sederhana yang ada di pesawat. Hasil sementara menunjukkan tidak ada tanda-tanda sabotase, tapi penyelidikan mendalam masih berlangsung.
Keluarga Marsma Fajar Adriyanto, yang tinggal di kawasan Depok, langsung diberitahu oleh pihak militer. Istri dan anak-anaknya terlihat tegar meski air mata tak terbendung. "Ayah adalah pahlawan bagi kami, selalu bilang terbang adalah panggilannya," cerita salah satu putranya. Reaksi dari rekan-rekan di TNI AU pun mengalir deras. "Beliau adalah mentor bagi banyak pilot muda. Kepergiannya adalah kehilangan besar bagi bangsa," ungkap seorang kolega di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Tragedi ini bukan yang pertama di dunia penerbangan latih Indonesia. Beberapa tahun lalu, insiden serupa pernah terjadi di berbagai daerah, mengingatkan kita akan risiko tinggi profesi ini. Namun, kejadian seperti ini juga menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan standar keselamatan. TNI AU berjanji akan mengevaluasi prosedur latihan, termasuk pemeriksaan rutin pesawat dan simulasi darurat yang lebih ketat.
Di tengah duka, mari kita ingat Marsma Fajar Adriyanto sebagai sosok yang mencintai langit biru Indonesia. Jenazahnya akan dimakamkan dengan upacara militer penuh kehormatan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Semoga kepergiannya menjadi inspirasi bagi generasi penerbang muda untuk tetap waspada dan berdedikasi. Bogor hari ini kehilangan seorang putra terbaik, tapi semangatnya akan terus melayang tinggi.
.webp)