Prada Lucky Tewas Dianiaya Senior di Batalyon TNI NTT
Kabarsuarakyat - Seorang prajurit TNI AD bernama Prada Lucky meninggal dunia setelah mengalami penganiayaan berat dari seniornya di Batalyon Infanteri di Nusa Tenggara Timur. Kejadian tragis ini terjadi pekan lalu di markas militer di Nagekeo. Pihak berwenang segera menyelidiki kasus ini. Mereka fokus pada pelanggaran disiplin yang berujung maut.
Prada Lucky, 22 tahun, bergabung dengan TNI AD tahun lalu. Dia bertugas di Batalyon Infanteri 742/SWY di Nagekeo. Rekan-rekannya menggambarkan Lucky sebagai prajurit muda yang rajin dan penuh semangat. Dia berasal dari keluarga sederhana di Flores. Impiannya adalah melindungi negara sambil membangun masa depan keluarganya.
Menurut laporan awal dari internal TNI, penganiayaan dimulai saat latihan rutin malam hari. Senior Lucky, seorang kopral berinisial S, marah karena Lucky terlambat menyelesaikan tugas. Kopral S memerintahkan Lucky untuk melakukan push-up ekstra. Namun, situasi memburuk. Kopral S memukul Lucky berulang kali dengan tangan kosong dan benda tumpul.
Rekan prajurit lain menyaksikan kejadian itu. Mereka bilang Kopral S bertindak di luar batas. Lucky jatuh pingsan setelah pukulan ke kepala dan perut. Rekan-rekannya segera membawa Lucky ke pos kesehatan batalyon. Dokter militer memeriksa dan menemukan luka dalam parah. Lucky dirujuk ke rumah sakit terdekat di Nagekeo.
Di rumah sakit, tim medis berjuang menyelamatkan nyawa Lucky. Dia mengalami patah tulang rusuk, memar otak, dan pendarahan internal. Meski mendapat perawatan intensif, Lucky meninggal dua hari kemudian. Otopsi mengonfirmasi penyebab kematian adalah trauma berat dari penganiayaan.
Komandan Batalyon Infanteri 742/SWY, Letkol Inf Budi Santoso, bereaksi cepat. Dia memerintahkan penahanan Kopral S. "Kami tidak mentolerir kekerasan di antara prajurit. Ini pelanggaran serius terhadap kode etik TNI," kata Letkol Budi dalam konferensi pers kemarin. Dia janji investigasi transparan.
Penyelidikan melibatkan Polisi Militer TNI AD. Mereka interogasi saksi dan kumpulkan bukti. Kopral S mengaku bertindak karena emosi sesaat. Dia klaim ingin mendisiplinkan juniornya. Namun, bukti menunjukkan tindakannya berlebihan dan melanggar aturan.
Keluarga Lucky terpukul berat. Ayahnya, seorang petani di Flores, datang ke Nagekeo untuk mengurus jenazah. "Anak saya pergi untuk bertugas, bukan untuk mati seperti ini," ujar ayah Lucky dengan suara bergetar. Keluarga tuntut keadilan penuh. Mereka harap TNI hukum pelaku seberat-beratnya.
Kasus ini soroti masalah penganiayaan di lingkungan militer. Aktivis hak asasi manusia mendesak reformasi. "Prajurit junior sering jadi korban senioritas beracun. TNI perlu program anti-kekerasan lebih kuat," kata Direktur LSM Hak Prajurit, Andi Wijaya.
TNI AD pusat di Jakarta ikut campur. Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Agus Subiyanto, perintahkan audit disiplin di semua batalyon. "Kami komitmen lindungi setiap prajurit. Kasus ini jadi pelajaran bagi semua," tegas Jenderal Agus.
Hukum militer berlaku di sini. Kopral S hadapi dakwaan pembunuhan tidak sengaja atau penganiayaan fatal. Jika terbukti bersalah, dia bisa dipenjara seumur hidup atau dipecat dari TNI.
Masyarakat Nagekeo ikut berduka. Warga setempat gelar doa bersama untuk Lucky. Mereka harap kejadian ini tidak terulang. "Prajurit adalah pahlawan kami. Mereka pantas aman di markas sendiri," kata seorang tokoh masyarakat.
Pemakaman Lucky berlangsung sederhana di kampung halamannya pekan ini. Ratusan orang hadir, termasuk rekan prajurit. Bendera Merah Putih menyelimuti peti mati Lucky. Upacara militer beri penghormatan terakhir.
Kasus Prada Lucky ingatkan pentingnya disiplin tanpa kekerasan. TNI terus upayakan perbaikan. Pembaca, pantau perkembangan kasus ini. Kebenaran harus menang.
.webp)