Diberdayakan oleh Blogger
Sports Liputan Lengkap

Laporkan Penyalahgunaan

Food Liputan Lengkap
Travel Liputan Lengkap
News Liputan Lengkap
Food Liputan Lengkap
Travel Liputan Lengkap
News
Sports
Food
Travel
Sports Liputan Lengkap
News Liputan Lengkap

Cari Blog Ini

  • November 202519
  • Oktober 202544
  • September 202554
  • Agustus 202593
  • Juli 202555

Mengenai Saya

Foto saya
Refnaldi Kurniawan
Front-end web developer at Kabar Riau
Lihat profil lengkapku

KabarSuaRakyat

  • Business
  • _Strategy
  • _Economy
  • _Finance
  • _Retail
  • _Advertising
  • _Careers
  • _Media
  • _Real Estate
  • Tech
  • _AI
  • _Enterprise
  • _Transportation
  • _Startups
  • _Innovation
  • Markets
  • _Stocks
  • _Crypto
  • _Currencies
  • Lifestyle
  • _Entertainment
  • _Culture
  • _Travel
  • _Food
  • _Health
  • _Parenting
  • Politics
  • _Military & Defense
  • _Law
  • _Education
  • Reviews
  • _Tech
  • Video
  • _Big Business
  • _Food Wars
  • News
  • _Football
  • _Otomotif
  • Beranda
  • Culture
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Media
  • Military & Defense
  • News
  • Politics

Skandal Besar: Israel Bayar Google Rp700 Miliar untuk Sebarkan Propaganda Menyangkal Kelaparan di Gaza!

Oleh Refnaldi Kurniawan
September 10, 2025
(Foto : Harian Jogja)

Kabarsuarakyat - Di tengah konflik yang tak kunjung usai di Timur Tengah, sebuah pengungkapan mengejutkan baru saja mengguncang dunia digital. Pemerintah Israel dikabarkan telah menandatangani kesepakatan senilai $45 juta—atau setara dengan sekitar Rp700 miliar—dengan raksasa teknologi Google. Tujuannya? Untuk meluncurkan kampanye iklan global yang secara sistematis menyangkal adanya kelaparan massal di Jalur Gaza. Kesepakatan ini, yang berlangsung selama enam bulan sejak Maret lalu, telah memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan, termasuk aktivis hak asasi manusia dan organisasi internasional yang menilai ini sebagai upaya propaganda yang licik untuk membelokkan opini publik dunia.

Bayangkan saja: sementara laporan-laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan kemanusiaan lainnya terus menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza—di mana ribuan warga sipil, termasuk anak-anak dan lansia, berjuang melawan kelaparan akibat blokade ketat—Israel justru menggelontorkan dana raksasa untuk membantah fakta tersebut. Kampanye ini tidak main-main. Melalui platform Google dan YouTube, iklan-iklan berbayar muncul di layar pengguna di seluruh dunia, menampilkan narasi yang mengklaim bahwa pasokan makanan dan bantuan ke Gaza tetap lancar, meski bukti di lapangan menunjukkan sebaliknya. "Ini bukan sekadar iklan biasa," kata seorang analis media independen yang kami wawancarai, "Ini adalah mesin propaganda modern yang dirancang untuk membingungkan dan memanipulasi persepsi global."

Untuk memahami akar masalah ini, mari kita mundur sedikit ke belakang. Konflik Israel-Palestina, khususnya di Gaza, telah berlangsung selama puluhan tahun, dengan puncaknya pada eskalasi kekerasan sejak akhir 2023. Blokade yang diberlakukan Israel atas Gaza—yang mencakup pembatasan masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar—telah menyebabkan apa yang disebut oleh para ahli sebagai "krisis kelaparan buatan manusia". Laporan PBB pada awal 2025 bahkan memperingatkan bahwa setengah dari populasi Gaza, sekitar 1,1 juta orang, berada di ambang kelaparan parah. Gambar-gambar anak-anak kurus kering dan antrean panjang untuk makanan sederhana menjadi simbol tragedi ini. Namun, di sisi lain, pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa tuduhan tersebut berlebihan dan merupakan bagian dari kampanye anti-Israel.

Masuklah Google ke dalam persamaan ini. Sebagai perusahaan teknologi terbesar di dunia, Google memiliki jangkauan yang tak tertandingi melalui mesin pencariannya, YouTube, dan jaringan iklan digital. Kesepakatan dengan kantor Netanyahu ini dilaporkan melibatkan pembuatan dan penayangan video-video pendek yang menampilkan testimoni dari pejabat Israel, cuplikan drone yang menunjukkan "pasar-pasar ramai" di Gaza, dan data selektif yang mengklaim bahwa bantuan internasional telah mengalir deras. Iklan-iklan ini ditargetkan secara spesifik ke audiens di Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara lain di mana opini publik semakin kritis terhadap kebijakan Israel. "Mereka tidak hanya membayar untuk visibilitas," jelas seorang pakar komunikasi politik, "Tapi juga untuk membangun narasi alternatif yang bisa mengalahkan laporan-laporan independen di hasil pencarian teratas."

Apa yang membuat skandal ini semakin menarik adalah timing-nya. Kesepakatan ini dimulai tepat setelah Israel mengumumkan pembatasan lebih ketat terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza pada awal Maret 2025. Saat itu, dunia internasional sedang gencar menyerukan gencatan senjata dan akses bebas untuk truk-truk bantuan. Namun, alih-alih merespons panggilan tersebut, Israel memilih jalur digital untuk "membersihkan" citranya. Dana Rp700 miliar itu bukan angka kecil—itu setara dengan anggaran tahunan untuk program kesejahteraan di beberapa negara berkembang. Kritikus menuding bahwa uang tersebut seharusnya dialokasikan untuk solusi nyata, bukan untuk membeli pengaruh di dunia maya.

Dampak dari kampanye ini pun sudah terasa. Di media sosial, perdebatan sengit meletus antara pendukung Israel yang mengutip iklan-iklan tersebut sebagai "bukti" dan kelompok pro-Palestina yang menuduh Google ikut serta dalam penyensoran informasi. Organisasi seperti Council on American-Islamic Relations (CAIR) telah menyerukan boikot terhadap Google, menyebut kesepakatan ini sebagai "komplisit dalam genosida". Di sisi lain, juru bicara Google menyatakan bahwa mereka hanya menyediakan platform iklan seperti biasa, tanpa campur tangan dalam konten politik. Namun, pertanyaan etis tetap menggantung: Seberapa jauh perusahaan teknologi boleh terlibat dalam konflik geopolitik?

Bagi pembaca yang ingin memahami lebih dalam, penting untuk melihat konteks lebih luas. Propaganda bukan hal baru dalam perang modern—sejak Perang Dunia II, pemerintah-pemerintah telah menggunakan media untuk membentuk opini. Tapi di era digital ini, dengan algoritma yang bisa menargetkan individu secara presisi, dampaknya jauh lebih besar. Kampanye Israel ini bisa menjadi preseden berbahaya, di mana fakta-fakta kemanusiaan dikalahkan oleh iklan berbayar. Apakah ini akan memengaruhi kebijakan internasional? Mungkin ya, jika opini publik berhasil dibelokkan.

Sementara itu, di Gaza, realitas tetap suram. Warga sipil terus berjuang untuk bertahan hidup, dengan laporan terbaru menunjukkan peningkatan kasus malnutrisi dan kematian akibat kelaparan. Skandal ini tidak hanya menyoroti ketegangan politik, tapi juga mengingatkan kita pada kekuatan teknologi dalam membentuk narasi global. Apakah Google akan mundur dari kesepakatan ini di tengah tekanan publik? Atau apakah ini baru permulaan dari era propaganda digital yang lebih canggih? Hanya waktu yang akan menjawab, tapi satu hal pasti: dunia sedang menyaksikan babak baru dalam perang informasi.

Tags:
  • Culture
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Media
  • Military & Defense
  • News
  • Politics
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Refnaldi Kurniawan
Refnaldi Kurniawan
Front-end web developer at Kabar Riau
Berita terkait
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Tampilkan lebih banyak
Posting Komentar
Batal
Most popular
  • Darurat Scam Online: Rp49 Triliun Raib dalam Setahun, 2 dari 3 Orang Indonesia Jadi Korban Penipuan Digital!

    November 06, 2025
    Darurat Scam Online: Rp49 Triliun Raib dalam Setahun, 2 dari 3 Orang Indonesia Jadi Korban Penipuan Digital!
  • Geger Ledakan Bom Rakitan di SMAN 72 Jakarta: Siswa Korban Bullying Diduga Balas Dendam, Puluhan Terluka Saat Salat Jumat!

    November 07, 2025
    Geger Ledakan Bom Rakitan di SMAN 72 Jakarta: Siswa Korban Bullying Diduga Balas Dendam, Puluhan Terluka Saat Salat Jumat!
  • Asmara Gelap & Dosa Bertubi: Dosen Cantik 37 Tahun Tewas di Tangan Oknum Polisi Muda di Jambi

    November 04, 2025
    Asmara Gelap & Dosa Bertubi: Dosen Cantik 37 Tahun Tewas di Tangan Oknum Polisi Muda di Jambi
  • Cinta Segitiga Berakhir Tragis: Pria di Pamekasan Dibunuh dan Dibakar Hidup-Hidup oleh Mantan Pasutri!

    November 07, 2025
    Cinta Segitiga Berakhir Tragis: Pria di Pamekasan Dibunuh dan Dibakar Hidup-Hidup oleh Mantan Pasutri!
  • Tragedi di Kayuagung: Dua Kakak Tega Habisi Adiknya Usai Pesta Mabuk — Motif Sakit Hati atau Ketegangan Keluarga?

    November 03, 2025
    Tragedi di Kayuagung: Dua Kakak Tega Habisi Adiknya Usai Pesta Mabuk — Motif Sakit Hati atau Ketegangan Keluarga?
Most popular tags
  • AI
  • Business
  • Crypto
  • Culture
  • Currencies
  • Economy
  • Enterprise
  • Entertainment
  • Film
  • Finance
  • Football
  • Health
  • Innovation
  • Lifestyle
  • Markets
  • Media
  • Military & Defense
  • News
  • Otomotif
  • Politics
  • Reviews
  • Startups
  • Stocks
  • Tech
  • Travel
Product Image
Rp106.607
KAMB setelan baju joging olahraga pria/celana badminton
Tiktok
Product Image
Rp128.392
Tas Ransel Pria Wanita Original HAOSHUAI
Tiktok
Product Image
Rp82.708
JAS HUJAN MODEL HOODIE TANPA ZIPER DEWASA PRIA WANITA
Tiktok
Product Image
Rp142.000
Malibu Long Pants Cotton Twill Stretched
Tiktok
Product Image
Rp146.300
Tamp-X Jaket Pria Corduroy Boxy Casual Jaket Korea Keren
Tiktok
Product Image
Rp144.992
celana jeans pria baggy pants straight panjang cowok casual
Tiktok
KabarSuaRakyat
Company
  • About Us
  • Advertise With Us
  • Contact Us
Legal & Privacy
  • Terms of Service
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
News
  • Markets
  • Economics
  • Technology
  • Politics
  • Football
Market Data
  • Stocks
  • Crypto
Copyright © 2025 KabarSuaRakyat