Kontroversi Besar! Gubernur Pramono Anung Tolak Atlet Israel Ikut Kejuaraan Senam Dunia di Jakarta, 9 Oktober 2025
Kabarsuarakyat - Suasana panas menyelimuti Ibukota Indonesia hari ini. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, secara tegas menyatakan penolakan terhadap partisipasi atlet Israel dalam Kejuaraan Senam Dunia yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta akhir bulan ini. Keputusan ini langsung memicu gelombang kontroversi, baik di tingkat nasional maupun internasional, dengan tudingan politik yang bercampur dengan semangat olahraga. Apa sebenarnya yang terjadi di balik keputusan ini? Mari kita kupas tuntas.
Latar Belakang Penolakan yang Mengejutkan
Keputusan Gubernur Pramono Anung ini muncul seperti petir di siang bolong. Dalam konferensi pers yang digelar pagi tadi di Balai Kota Jakarta, Pramono menyatakan bahwa penolakan tersebut didasari pada komitmen Indonesia terhadap isu kemanusiaan global, khususnya konflik di Timur Tengah. "Kita tidak bisa menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina. Olahraga harus tetap netral, tapi kita juga punya prinsip sebagai bangsa," ujar Pramono dengan nada tegas, sambil menekankan bahwa Jakarta sebagai tuan rumah harus menjaga harmoni dan keamanan acara.
Kejuaraan Senam Dunia, atau yang dikenal sebagai World Gymnastics Championships, memang menjadi sorotan utama tahun ini. Event bergengsi ini diharapkan menjadi ajang pembuktian bagi Indonesia sebagai negara yang mampu menyelenggarakan kompetisi internasional berkelas. Dengan venue utama di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, acara ini direncanakan mulai 25 Oktober hingga 2 November 2025, melibatkan ratusan atlet dari lebih dari 80 negara. Namun, partisipasi Israel yang sudah terdaftar sejak awal tahun menjadi batu sandungan.
Menurut Pramono, penolakan ini bukanlah diskriminasi terhadap atlet secara pribadi, melainkan sikap politik terhadap pemerintah Israel. "Atlet Israel boleh saja berprestasi, tapi kami tidak ingin event ini menjadi panggung propaganda politik," tambahnya. Keputusan ini langsung mendapat dukungan dari sejumlah kelompok masyarakat sipil di Indonesia, yang selama ini vokal dalam isu Palestina.
Reaksi dari Berbagai Pihak: Dukungan dan Penolakan
Tak butuh waktu lama, keputusan ini langsung menuai reaksi beragam. Di dalam negeri, organisasi seperti Persatuan Senam Indonesia (PERSANI) menyatakan kekhawatiran atas potensi sanksi dari Federasi Senam Internasional (FIG). "Kita harus hati-hati, jangan sampai event ini dibatalkan atau Indonesia di-blacklist," kata Ketua PERSANI, yang enggan disebut namanya, dalam wawancara eksklusif dengan tim kami.
Sementara itu, dari kalangan politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai asal Pramono, memberikan dukungan penuh. "Ini adalah bentuk solidaritas kita sebagai bangsa yang cinta damai," kata seorang juru bicara partai. Namun, oposisi tak tinggal diam. Beberapa anggota DPR dari fraksi lain menilai keputusan ini terlalu emosional dan bisa merugikan citra Indonesia di mata dunia. "Olahraga seharusnya menyatukan, bukan memecah belah," kritik seorang legislator dari Partai Golkar.
Secara internasional, respons datang lebih keras. Duta Besar Israel untuk Asia Tenggara langsung menyampaikan protes resmi melalui Kementerian Luar Negeri Indonesia. "Ini adalah pelanggaran terhadap semangat Olimpiade yang inklusif," katanya dalam pernyataan tertulis. FIG juga telah mengeluarkan peringatan awal, menyatakan bahwa penolakan terhadap peserta berdasarkan asal negara bisa berujung pada pencabutan status tuan rumah. Sementara itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) sedang memantau situasi ini dengan seksama, mengingat senam adalah cabang olahraga yang terkait erat dengan Olimpiade.
Di sisi lain, kelompok pro-Palestina di berbagai negara justru memuji langkah Pramono. Aktivis hak asasi manusia di Eropa dan Timur Tengah menyebut ini sebagai "langkah berani" yang bisa menginspirasi negara lain. Media sosial pun ramai dengan tagar #SolidaritasPalestina dan #JakartaTolakIsrael, yang trending sejak pagi tadi.
Dampak Ekonomi dan Sosial bagi Jakarta
Kontroversi ini tak hanya soal politik, tapi juga berdampak luas pada ekonomi Jakarta. Sebagai tuan rumah, pemerintah daerah telah menggelontorkan dana miliaran rupiah untuk persiapan event ini, termasuk renovasi venue dan promosi pariwisata. Jika event dibatalkan atau dipindah, kerugian bisa mencapai triliunan, belum lagi hilangnya peluang untuk mempromosikan Jakarta sebagai destinasi wisata olahraga.
Bagi masyarakat Jakarta, isu ini menjadi pembicaraan hangat di warung kopi hingga kantor-kantor. Seorang warga Kemayoran, Budi Santoso, mengatakan, "Saya dukung Gubernur, tapi jangan sampai event gagal. Banyak UMKM yang bergantung pada pengunjung internasional." Sementara itu, atlet senam Indonesia yang sedang berlatih keras merasa tertekan. "Kami ingin fokus berkompetisi, bukan politik," ujar seorang atlet nasional yang kami temui di pusat latihan.
Dari sisi keamanan, Polda Metro Jaya telah meningkatkan kewaspadaan. Potensi demonstrasi dari kelompok pro dan kontra membuat polisi mengerahkan ribuan personel di sekitar Balai Kota dan venue event. "Kami siap menjaga agar situasi tetap kondusif," kata Kapolda Metro Jaya dalam jumpa pers siang tadi.
Analisis: Apakah Ini Langkah Tepat?
Melihat lebih dalam, keputusan Pramono Anung ini mencerminkan dinamika politik Indonesia yang selalu sensitif terhadap isu Timur Tengah. Sejak era Soekarno, Indonesia memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, dan sikap ini konsisten hingga kini. Namun, di era globalisasi, olahraga sering menjadi jembatan diplomasi. Contohnya, Olimpiade Tokyo 2020 yang tetap mengikutsertakan semua negara meski ada konflik.
Pertanyaannya, apakah penolakan ini akan memperkuat posisi Indonesia di mata dunia Arab, atau justru mengisolasi kita dari komunitas olahraga internasional? Pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Soemarno, menilai, "Ini adalah risiko tinggi. Indonesia perlu diplomasi cerdas untuk menjelaskan posisi kita tanpa merusak event."
Bagi Pramono sendiri, yang baru menjabat sebagai Gubernur sejak awal 2025, ini bisa menjadi ujian pertama. Apakah ia akan bertahan dengan keputusan ini, atau ada ruang kompromi? Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Presiden Joko Widodo, yang diyakini akan turun tangan jika situasi memanas.
Apa Selanjutnya untuk Kejuaraan Senam Dunia?
Sementara kontroversi bergulir, persiapan event terus berjalan. Panitia lokal menyatakan bahwa tiket sudah terjual ribuan, dan atlet dari negara lain mulai berdatangan. Namun, bayang-bayang pembatalan partisipasi Israel tetap menggantung. FIG dijadwalkan menggelar rapat darurat besok, 10 Oktober 2025, untuk membahas isu ini.
Bagi pembaca yang ingin mengikuti perkembangan, pantau terus update dari kami. Apakah Jakarta akan tetap menjadi tuan rumah yang sukses, atau kontroversi ini akan meninggalkan bekas? Yang jelas, hari ini membuktikan bahwa olahraga dan politik seringkali tak bisa dipisahkan.
Tetap terhubung dengan berita terkini seputar Gubernur Pramono Anung, Kejuaraan Senam Dunia, dan isu kontroversi atlet Israel di Jakarta. Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!
