Anak 4 Tahun Dijual Rp80 Juta ke Suku Terpencil Jambi: Polisi Negosiasi 2 Hari, Mobil Pajero Jadi Jaminan – Kisah Bilqis yang Bikin Nangis!
Kronologi bermula dari laporan warga Desa Sungai Sahang, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, pada Senin malam, 10 November 2025. Seorang ibu muda berinisial RN (29) datang ke pos polisi setempat dengan wajah pucat. Matanya bengkak. Suaranya bergetar. “Tolong selamatkan anak saya… dia sudah dibawa ke dalam hutan, ke kampung suku anak dalam. Saya menyesal sekali…”
RN akhirnya mengaku nekat menjual Bilqis karena terlilit utang pinjaman online yang membengkak hingga Rp150 juta. Suaminya, AR (32), buruh harian lepas, tak mampu lagi membayar cicilan. Mereka diiming-imingi “solusi instan” oleh seorang perantara bernama Maman (41), warga yang sudah biasa mondar-mandir ke kampung suku terpencil untuk urusan kayu dan hasil hutan.
“Duitnya langsung cair tunai Rp80 juta. Kami pikir itu jalan keluar. Tapi begitu anak saya digendong pergi, hati saya langsung hancur,” ujar RN saat diwawancarai di Mapolda Jambi, Rabu (12/11/2025) malam, suaranya tercekat.
Masuk ke Perut Hutan Tanpa Nama
Kampung tujuan bernama Talang Baru, terletak 120 kilometer dari pusat kota Sarolangun, tapi butuh perjalanan 9 jam dengan motor trail plus 4 jam jalan kaki melewati rawa dan anak sungai. Tak ada peta digital yang menjangkau lokasi itu. Satu-satunya cara masuk adalah ikut warga lokal yang hafal medan.
Tim Resmob Polda Jambi yang dipimpin AKP Doni Saputra langsung bergerak Selasa pagi. Bersama dua orang pemandu suku, mereka membawa serta satu unit Pajero hitam milik polisi sebagai “tanda baik”. Strategi ini terpaksa diambil karena keluarga pembeli – pasangan suku berinisial S dan N – bersikeras tidak mau menyerahkan Bilqis sebelum “uang kembali atau ganti rugi”.
“Kami tahu itu risiko tinggi. Tapi nyawa anak lebih berharga daripada mobil dinas,” tegas Direktur Reskrimum Polda Jambi, Kombes Pol Dwi Subagio, saat jumpa pers khusus, Kamis (13/11/2025).
Drama 40 Jam di Dalam Hutan
Negosiasi berlangsung dramatis di tengah pondok bambu tanpa listrik. Bilqis yang sudah dua hari tak mandi terlihat ketakutan di pangkuan perempuan suku berusia 50-an. Wajahnya penuh lumpur, rambutnya kusut, tapi matanya masih berbinar saat melihat seragam polisi.
“Kami harus berbicara pelan-pelan, pakai bahasa Melayu Jambi campur dialek lokal. Mereka takut kalau kami datang untuk menangkap. Akhirnya kami bilang, ‘Kami cuma mau pulangkan anak ini ke ibunya. Mobil ini kami tinggal dulu sebagai jaminan’,” cerita Doni dengan suara bergetar.
Setelah 40 jam tanpa tidur, tepat pukul 03.17 WIB Kamis dini hari, Bilqis akhirnya diserahkan. Si kecil langsung menangis keras begitu digendong ibunya. Mobil Pajero masih tertinggal di kampung sebagai bukti janji polisi akan kembali mengambilnya setelah urusan hukum selesai.
Pelaku Ditangkap, Ancaman 15 Tahun Penjara
Pagi harinya, Maman, sang perantara, ditangkap di terminal Sarolangun saat hendak kabur ke Palembang. RN dan AR menyerahkan diri di Mapolda Jambi. Ketiganya kini ditahan dengan pasal 328 KUHP tentang perdagangan orang dan UU Perlindungan Anak, ancaman maksimal 15 tahun penjara plus denda Rp1 miliar.
Sementara itu, Bilqis sudah menjalani trauma healing di Rumah Aman P2TP2A Provinsi Jambi. Psikolog anak, dr. Siska Novia, mengatakan Bilqis masih sering terbangun malam karena mimpi buruk. “Dia sering teriak ‘Mama jangan jual Bilqis lagi’. Ini luka yang sangat dalam untuk anak seusianya.”
Pesan Keras Kapolda Jambi
Kapolda Jambi Irjen Pol Ahmad Doviri menegaskan kasus ini menjadi alarm keras bagi masyarakat. “Pinjol boleh jadi solusi darurat, tapi menjual anak kandung adalah dosa kemanusiaan yang tak bisa ditolerir. Kami akan kejar semua pelaku perdagangan manusia sampai ke akar-akarnya.”
Hingga berita ini diturunkan, mobil Pajero hitam masih “nyangkut” di Talang Baru. Polisi berjanji akan kembali mengambilnya pekan depan – setelah memastikan Bilqis benar-benar pulih dan pelaku mendapatkan hukuman setimpal.
Kisah Bilqis kini menjadi cermin kelam betapa putus asa bisa membuat orang tua lupa darah daging sendiri. Tapi di balik air mata, ada harapan: Indonesia masih punya polisi yang rela mempertaruhkan mobil dinas demi nyawa seorang anak kecil.
