Cinta Segitiga Berakhir Tragis: Pria di Pamekasan Dibunuh dan Dibakar Hidup-Hidup oleh Mantan Pasutri!
Kronologi Pembunuhan yang Mengguncang Desa Lesong Daja
Peristiwa ini bermula dari sebuah pertemuan yang seharusnya biasa, tapi berujung pada kekerasan ekstrem. Korban M, seorang warga asal Kabupaten Sampang yang bekerja sebagai buruh harian, diundang oleh salah satu pelaku perempuan berinisial SA untuk bertemu di Desa Lesong Daja, Kecamatan Batumarmar. Pertemuan itu dijadwalkan sekitar pukul 18.00 WIB, di sebuah lokasi terpencil yang jauh dari keramaian desa. Namun, apa yang menanti M bukanlah obrolan santai, melainkan serangan brutal dari mantan suami SA, yang disebut dengan inisial N.
Menurut keterangan awal dari aparat kepolisian, N menyergap korban secara tiba-tiba. Dengan senjata tajam berupa celurit – alat tradisional yang sering digunakan di wilayah Madura – pelaku membacok leher M berkali-kali hingga korban tak berdaya. Belum puas, N kemudian menyiram tubuh korban dengan bahan bakar dan menyulut api, membiarkan M terbakar hidup-hidup dalam penderitaan yang tak terbayangkan. Warga desa yang pertama kali menemukan jasad sekitar pukul 20.00 WIB malam itu, langsung melaporkan kejadian ke polisi. "Saat kami tiba, tubuh korban sudah tak bisa dikenali lagi. Ada bau gosong yang menyengat, dan luka di lehernya sangat dalam," ujar seorang saksi mata yang enggan disebut namanya, menggambarkan betapa mengerikannya tempat kejadian perkara (TKP).
Polres Pamekasan bergerak cepat. Hanya dalam hitungan jam, tim penyidik berhasil menangkap kedua pelaku di sebuah rumah kontrakan tidak jauh dari lokasi. Barang bukti seperti celurit berlumuran darah dan sisa bahan bakar ditemukan, memperkuat dugaan bahwa pembunuhan ini direncanakan dengan matang.
Motif di Balik Pembunuhan: Dendam Asmara yang Membara
Di balik aksi keji ini, ternyata ada cerita rumit tentang perselingkuhan dan pengkhianatan. Korban M diketahui memiliki hubungan asmara terlarang dengan SA, yang sudah bercerai dari N beberapa bulan sebelumnya. Hubungan itu berawal dari pertemuan di tempat kerja, di mana M dan SA sering bertemu dan akhirnya menjalin ikatan emosional yang lebih dalam. Namun, N yang masih menyimpan dendam atas perceraiannya, mengetahui rahasia tersebut dan merencanakan balas dendam.
"Dendam asmara sering kali menjadi pemicu kekerasan domestik di masyarakat kita," kata seorang psikolog sosial yang sering menangani kasus serupa di Jawa Timur. Dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat, 7 November 2025, Kapolres Pamekasan, AKBP Doni, mengonfirmasi bahwa motif utama adalah cemburu buta. "Pelaku N merasa dikhianati dan ingin menghilangkan jejak selamanya. SA turut terlibat karena dia yang memancing korban ke lokasi," jelasnya. SA sendiri mengaku bahwa ia terpaksa ikut serta karena tekanan dari mantan suaminya, meski polisi masih mendalami peran masing-masing.
Kasus ini bukan yang pertama di Madura, di mana budaya kehormatan keluarga sering kali memicu konflik berdarah. Cinta segitiga seperti ini kerap berakhir tragis, terutama jika melibatkan mantan pasangan yang belum move on sepenuhnya. Data dari kepolisian daerah menunjukkan peningkatan kasus kekerasan berbasis asmara sebesar 15% dalam dua tahun terakhir, dengan Pamekasan menjadi salah satu hotspot.
Dampak pada Masyarakat dan Keluarga Korban
Kejadian ini langsung menimbulkan gelombang keprihatinan di kalangan warga Desa Lesong Daja. Desa yang biasanya tenang, kini dipenuhi bisik-bisik dan rasa takut. "Kami shock, karena selama ini desa ini aman. Sekarang anak-anak takut keluar malam," cerita seorang ibu rumah tangga setempat. Keluarga korban di Sampang juga hancur. Istri dan dua anak kecil M kini harus menghadapi kehidupan tanpa pencari nafkah utama. "Dia orang baik, cuma salah langkah dalam urusan hati," kata saudara korban saat dimintai keterangan.
Polisi telah menaikkan status kedua pelaku menjadi tersangka dengan pasal pembunuhan berencana, yang bisa diancam hukuman mati atau seumur hidup sesuai KUHP Pasal 340. Penyidikan masih berlanjut, termasuk pemeriksaan saksi tambahan dan autopsi untuk memastikan apakah korban benar-benar dibakar saat masih hidup atau setelah tewas akibat bacokan.
Pesan dari Kasus Ini: Waspada Bahaya Cinta Segitiga
Kasus pembunuhan di Pamekasan ini menjadi pengingat keras bagi masyarakat tentang bahaya hubungan asmara yang tidak sehat. Psikolog menyarankan agar pasangan yang bermasalah mencari bantuan profesional, seperti konseling pernikahan, sebelum dendam memuncak menjadi tindak kriminal. "Jangan biarkan emosi menguasai akal sehat. Ada banyak cara menyelesaikan masalah tanpa kekerasan," tambahnya.
Sementara itu, pemerintah daerah diimbau untuk meningkatkan sosialisasi tentang pencegahan kekerasan domestik, terutama di wilayah pedesaan seperti Madura. Dengan pendekatan edukasi dan pengawasan yang lebih ketat, diharapkan tragedi serupa tidak terulang.
Pantau terus update berita terkini dari Pamekasan dan kasus-kasus kriminal di Jawa Timur. Jika Anda memiliki informasi tambahan, hubungi pihak berwenang untuk membantu penegakan hukum.
