Geger Makassar: Penikaman Sopir Truk di Tamalanrea Bukan Urusan Keluarga, Keluarga Korban Tuntut Keadilan Penuh – Polisi Didesak Usut Tuntas!
Kabarsuarakyat - Jalanan Tamalanrea, Makassar, yang biasanya ramai oleh deru truk pengangkut material, kini menjadi saksi bisu tragedi yang mengguncang hati ribuan warga Sulawesi Selatan. Seorang sopir truk bernama M. Arifin (28), warga Kelurahan Tamalanrea Jaya, tewas ditikam pada Senin malam, 3 November 2025, hanya beberapa jam setelah bertengkar hebat dengan seorang pria yang diduga tetangga dekatnya.
Kejadian bermula sekitar pukul 19.30 WITA. Arifin yang baru pulang dari mengantar pasir ke Panakkukang, turun dari truknya untuk membeli rokok di warung depan gang. Tanpa ada provokasi berarti, tiba-tiba seorang pria berkaus hitam menghampiri dan langsung mengayunkan badik ke arah perut Arifin. Satu tusukan mengenai ulu hati, satu lagi mengoyak paru-paru kiri. Arifin ambruk bersimbah darah di trotoar, di depan mata istri dan anaknya yang baru berusia 4 tahun.
"Saya cuma dengar suami teriak 'tolong, tolong'. Pas saya lari keluar, dia sudah tergeletak. Orang itu lari ke arah pasar," cerita Nurul Aisyah, istri korban, dengan suara tercekat saat konferensi pers yang digelar keluarga di depan Mapolrestabes Makassar, Rabu siang (12/11/2025).
Yang membuat kasus ini semakin pelik, keterangan awal polisi menyebut pelaku adalah "kerabat dekat" korban. Pernyataan itu langsung memicu kemarahan keluarga besar Arifin. Mereka menegaskan, pelaku yang kini berinisial R (35) sama sekali bukan saudara, bukan paman, bukan kakak ipar – bahkan bukan tetangga satu RT.
"Itu fitnah keji! Kami tidak punya hubungan darah sedikit pun. Kalau polisi bilang begitu, berarti ada yang ditutup-tutupi," tegas Andi Muhammad Risal, kakak kandung korban, sambil memegang foto adiknya yang masih berlumur darah.
Keluarga juga membawa bukti berupa kartu keluarga (KK) dan KTP kedua belah pihak. Dalam dokumen resmi itu, jelas terlihat bahwa R tinggal di RT berbeda, bahkan beda kelurahan. "Kami minta Kapolri turun tangan. Jangan sampai kasus ini dikecilkan hanya karena pelaku punya 'orang dalam'," tambah Risal, disambut teriakan "keadilan untuk Arifin!" dari puluhan kerabat yang hadir.
Sementara itu, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Mokhamad Ngajib yang dikonfirmasi terpisah mengakui adanya kekeliruan penyampaian informasi awal. "Kami sedang dalami motif sebenarnya. Pelaku sudah kami amankan sejak Selasa malam (4/11). Saat ini masih menjalani pemeriksaan intensif," ujarnya.
Dari keterangan sementara, motif penikaman diduga bermula dari masalah sepele: rebutan parkir truk. Namun keluarga korban menolak mentah-mentah versi itu. "Adik saya orang sabar. Kalau cuma soal parkir, mana mungkin langsung ditusuk empat kali? Ada dendam lama yang disembunyikan," ujar Nurul sambil menangis.
Hingga berita ini diturunkan, ratusan warga Tamalanrea masih berjaga di depan Mapolrestabes. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Jangan Lindungi Pembunuh!" dan "Keadilan untuk Sopir Truk Tamalanrea!". Beberapa sopir truk dari berbagai kecamatan bahkan ikut mogok mengemudi sebagai bentuk solidaritas.
Kasus ini kini menjadi trending topic di media sosial dengan tagar #KeadilanUntukArifin dan #UsutTuntasTamalanrea. Ribuan netizen menuntut transparansi penyelidikan, khususnya setelah video detik-detik penikaman yang direkam warga beredar luas.
Arifin meninggalkan seorang istri dan dua anak yang masih balita. Jenazahnya dimakamkan pada Rabu pagi di Taman Makam Pahlawan Panaikang, disholatkan oleh ribuan warga yang rela antre berjam-jam. Di atas pusara, Nurul hanya berbisik, "Bang, tenang di sana. Abang punya anak-anak yang bakal besar tanpa ayah. Tapi kami janji, pelakunya harus bayar nyawa abang dengan hukuman seberat-beratnya."
Polisi berjanji akan menggelar jumpa pers lanjutan pada Kamis besok (13/11/2025) pukul 10.00 WITA. Publik menunggu, apakah kasus yang menyayat hati ini akan menjadi titik balik penegakan hukum di Makassar, atau justru tenggelam dalam versi "salah paham" yang selama ini sering jadi penutup tragis.
Makassar belum tidur. Keadilan untuk Arifin belum tiba.
